Senin, 11 Mei 2015

Pengaruh Wali Songo terhadap kebudayaan Indonesia

Wali sanga secara sederhana artinya sembilan orang wali, sedangkan secara filosofis maksudnya sembilan orang yang telah mampu mencapai tingkat wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat wali.

Di dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa walisongo (sembilan wali) adalah  sembilan  ulama  yang  merupakan  pelopor  dan  pejuang   pengembangan Islam  (islamisasi)   di  Pulau  Jawa  pada  abad  kelima  belas  (masa  Kesultanan Demak).  Kata  “wali”  (Arab)  antara  lain  berarti  pembela,  teman  dekat  dan pemimpin.  Dalam  pemakaiannya, wali  biasanya  diartikan  sebagai  orang  yang dekat  dengan  Allah  (Waliyullah).  Sedangkan  kata  “songo”  (Jawa)  berarti sembilan.  Maka walisongo secara  umum  diartikan  sebagai  sembilan  wali  yang dianggap  telah  dekat  dengan  Allah  SWT,  terus  menerus  beribadah  kepada-Nya, serta  memiliki  kekeramatan  dan  kemampuan-kemampuan  lain  di  luar  kebiasaan manusia.

Walisongo tinggal di tiga wilayah penting, pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat yang mengakhiri era dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara menjadi era kebudayaan Islam.

Menurut  penemuan  K.H.Bisyri  Musthafa,  sebagaimana  diuraikan  oleh
Saifuddin Zuhri, jumlah para wali itu tidak hanya sembilan, tetapi lebih dari itu. Agaknya sembilan  orang wali  itu adalah mereka  yang memegang  jabatan  dalam pemerintahan sebagai pendamping raja atau sesepuh kerajaan di samping peranan mereka  sebagai  mubalig  dan  guru.   Oleh  karena  mereka  memegang  jabatan pemerintahan,  mereka  diberi  gelar sunan,  kependekan  dari susuhunan  atau sinuhun,  artinya  orang  yang  dijunjung  tinggi.  Bahkan  kadang-kadang  disertai dengan sebutan Kanjeng, kependekan dari kang jumeneng, pangeran atau sebutan lain  yang  biasa  dipakai  oleh  para  raja  atau  penguasa  pemerintahan  di  daerah Jawa.

            Wali sanga yang terkenal dalam mengembangkan Islam di Pulau Jawa adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Meski demikian, masih ada perbedaan pendapat tentang nama-nama yang masuk dalam wali sanga ini.

Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.

Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.

Wali songo terdiri dari 9 orang, yang terdiri dari :
1.       Sunan Gresik
 Sunan Gresik nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau masih keturunan Ali Zainal Abidin al-Husein. Setelah mendedikasikan dirinya di Gresik, Jawa Timur, beliau mendapat gelar Maulana Maghribi, Syekh Maghribi, dan Sunan Gresik. Beliau datang ke Indonesia pada zaman kerajaan Majapahit tahun 1379 untuk menyebarkan Islam bersama-sama Raja Cermin.

2.       Sunan Ampel
Sunan Ampel lahir pada 1401, dengan nama kecil Raden Rahmat. Beliau adalah putra Raja Campa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Manila, seorang putri Tuban. Beliau mempunyai empat anak : Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Putri Nyai Ageng Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Beliau terlibat dalam pembangunan masjid Demak (1479).

3.       Sunan Bonang
Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren.

4.       Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada suber yang lain yang mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.

5.       Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir.

6.       Sunan Giri Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan  ke Majapahit sebagai penasihat militer

7.       Sunan Kudus
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.

8.       Sunan Muria
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang

9.       Sunan Gunung Jati
Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Inilah walisongo angkatan pertama yang datang ke pulau Jawa pada saat yang tepat, karena Majapahit sendiri pada saat itu sedang dilanda perang saudara, yaitu perang Paregreg, sehingga kedatangan mereka tidak begitu mendapat perhatian. Perlu diketahui bahwa tim pertama tersebut bukanlah para ahli agama atau bisa dikatakan bahwa mereka belum mempunyai ilmu agama yang mumpuni. Sultan Muhammad I tidak pernah menyebut tim tersebut dengan nama walisongo. Barangkali istilah walisongo berasal dari masyarakat atau dari tim itu sendiri setelah bekerja beberapa puluh tahun. Adapula kemungkinan bahwa istilah walisongo muncul setelah wali pribumi dari kalangan bangsawan yang masuk ke dalam tim.

Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.

Sunan  Kalijaga  terkenal  sebagai  seorang  wali  yang  berkecimpung  di bidang  seni.  Sebagai  budayawan  dan  seniman,  banyak  karya  Sunan  Kalijaga yang menggambarkan pendiriannya. Di antaranya adalah gamelan, wayang kulit, dan  baju  takwo.  Sunan  Ampel  menciptakan Huruf  Pegon  atau  tulisan  Arab berbunyi  bahasa  Jawa.  Hingga  sekarang huruf  pegon  masih  dipakai  sebagai bahan  pelajaran  agama  Islam  di  kalangan  pesantren. 


Sunan  Giri  juga  sangat berjasa  dalam  bidang  kesenian,  karena  beliau  menciptakan  tembang-tembang dolanan anak-anak yang bernafaskan Islam. Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk  menciptakan  tembang  Jawa  yang  sampai  saat  ini  masih  digemari masyarakat, yaitu Gending Pangkung, semacam lagu rakyat di Jawa. Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Bonang selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gemelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar