Wali sanga
secara sederhana artinya sembilan orang wali, sedangkan secara filosofis
maksudnya sembilan orang yang telah mampu mencapai tingkat wali, suatu derajat
tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang
dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat wali.
Di dalam
Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa walisongo (sembilan wali) adalah sembilan
ulama yang merupakan
pelopor dan pejuang
pengembangan Islam
(islamisasi) di Pulau
Jawa pada abad
kelima belas (masa
Kesultanan Demak). Kata “wali”
(Arab) antara lain
berarti pembela, teman
dekat dan pemimpin. Dalam
pemakaiannya, wali biasanya diartikan
sebagai orang yang dekat
dengan Allah (Waliyullah).
Sedangkan kata “songo”
(Jawa) berarti sembilan. Maka walisongo secara umum
diartikan sebagai sembilan
wali yang dianggap telah
dekat dengan Allah
SWT, terus menerus
beribadah kepada-Nya, serta memiliki
kekeramatan dan kemampuan-kemampuan lain di
luar kebiasaan manusia.
Walisongo
tinggal di tiga wilayah penting, pantai utara Pulau Jawa, yaitu
Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan
Cirebon di Jawa Barat yang mengakhiri era dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara menjadi era kebudayaan Islam.
Menurut penemuan
K.H.Bisyri Musthafa, sebagaimana
diuraikan oleh
Saifuddin Zuhri,
jumlah para wali itu tidak hanya sembilan, tetapi lebih dari itu. Agaknya
sembilan orang wali itu adalah mereka yang memegang
jabatan dalam pemerintahan
sebagai pendamping raja atau sesepuh kerajaan di samping peranan mereka sebagai
mubalig dan guru.
Oleh karena mereka
memegang jabatan pemerintahan, mereka
diberi gelar sunan, kependekan
dari susuhunan atau sinuhun, artinya
orang yang dijunjung
tinggi. Bahkan kadang-kadang
disertai dengan sebutan Kanjeng, kependekan dari kang jumeneng, pangeran
atau sebutan lain yang biasa
dipakai oleh para
raja atau penguasa
pemerintahan di daerah Jawa.
Wali sanga yang terkenal dalam
mengembangkan Islam di Pulau Jawa adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan
Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan
Sunan Gunung Jati. Meski demikian, masih ada perbedaan pendapat tentang
nama-nama yang masuk dalam wali sanga ini.
Era Wali Songo
adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam
di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan
kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa,
penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang
sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para
wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan
pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat
sultan.
Wali songo
terdiri dari 9 orang, yang terdiri dari :
1.
Sunan Gresik
Sunan Gresik nama aslinya adalah Maulana Malik
Ibrahim. Beliau masih keturunan Ali Zainal Abidin al-Husein. Setelah
mendedikasikan dirinya di Gresik, Jawa Timur, beliau mendapat gelar Maulana
Maghribi, Syekh Maghribi, dan Sunan Gresik. Beliau datang ke Indonesia pada
zaman kerajaan Majapahit tahun 1379 untuk menyebarkan Islam bersama-sama Raja
Cermin.
2.
Sunan Ampel
Sunan Ampel lahir pada 1401, dengan
nama kecil Raden Rahmat. Beliau adalah putra Raja Campa. Raden Rahmat menikah
dengan Nyai Manila, seorang putri Tuban. Beliau mempunyai empat anak : Maulana
Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Putri Nyai Ageng
Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Beliau terlibat dalam pembangunan
masjid Demak (1479).
3.
Sunan Bonang
Nama aslinya adalah Raden Makdum
Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu
kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka
mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di
Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok
pesantren.
4.
Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin.
Ada suber yang lain yang mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan
Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah
saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel,
Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu
daerah antara Gresik dengan Tuban.
5.
Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Sahid,
beliau putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid
sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak
bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia
mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi
ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak
darahnya dan diusir.
6.
Sunan Giri Sunan Giri merupakan putra dari
Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Nama Sunan
Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di
Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya
negara itu serta terlibat dalam penyerangan
ke Majapahit sebagai penasihat militer
7.
Sunan Kudus
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di
daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang
agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena
itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali
yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak
penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.
8.
Sunan Muria
Salah seorang Walisongo yang banyak
berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan Pulau Jawa adalah Sunan Muria.
Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya
dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus
sekarang
9.
Sunan Gunung Jati
Salah seorang dari Walisongo yang
banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa
Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif Hidayatullah.
Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan Gunung
Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Inilah walisongo
angkatan pertama yang datang ke pulau Jawa pada saat yang tepat, karena
Majapahit sendiri pada saat itu sedang dilanda perang saudara, yaitu perang
Paregreg, sehingga kedatangan mereka tidak begitu mendapat perhatian. Perlu
diketahui bahwa tim pertama tersebut bukanlah para ahli agama atau bisa
dikatakan bahwa mereka belum mempunyai ilmu agama yang mumpuni. Sultan Muhammad
I tidak pernah menyebut tim tersebut dengan nama walisongo. Barangkali istilah
walisongo berasal dari masyarakat atau dari tim itu sendiri setelah bekerja
beberapa puluh tahun. Adapula kemungkinan bahwa istilah walisongo muncul
setelah wali pribumi dari kalangan bangsawan yang masuk ke dalam tim.
Era Wali Songo
adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam
di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan
kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa,
penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang
sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para
wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan
pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat
sultan.
Sunan Kalijaga
terkenal sebagai seorang
wali yang berkecimpung
di bidang seni. Sebagai
budayawan dan seniman,
banyak karya Sunan
Kalijaga yang menggambarkan pendiriannya. Di antaranya adalah gamelan,
wayang kulit, dan baju takwo.
Sunan Ampel menciptakan Huruf Pegon
atau tulisan Arab berbunyi
bahasa Jawa. Hingga
sekarang huruf pegon masih
dipakai sebagai bahan pelajaran
agama Islam di
kalangan pesantren.
Sunan Giri
juga sangat berjasa dalam
bidang kesenian, karena
beliau menciptakan tembang-tembang dolanan anak-anak yang
bernafaskan Islam. Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan
tembang Jawa yang
sampai saat ini
masih digemari masyarakat, yaitu
Gending Pangkung, semacam lagu rakyat di Jawa. Sunan Bonang dianggap sebagai
pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir
utara Jawa Timur. Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Bonang selalu
menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat
menggemari wayang serta musik gemelan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar